Kue Leker Surabaya: Jajanan SD yang Ngangenin

Ada yang suka nongkrong di SD untuk beli jajanan sambil nostalgia? Saya salah satunya. Selain resto atau tempat makan fancy, halaman sekitar sekolah saat jam pulang adalah surga kuliner yang murah. Karena disesuaikan dengan kantong para pelajar, target utama konsumennya.
Salah satu yang membuat saya bernostalgia adalah kue leker Surabaya. Sering dibilang versi KW dari brand D’Crepes yang ada di mall, tetapi sejatinya keduanya berbeda. Kalau D’Crepes isinya bermacam-macam dari yang manis hingga asin, sedangkan kue leker ini jauh lebih sederhana.
Terbuat dari adonan tepung, santan, dan bahan lainnya yang menjadi kulitnya. Dituang sedikit di atas wajan kecil dan dipanggang dengan menggunakan arang. Dibuat mirip seperti telur dadar yang diberi isi irisan pisang, gula pasir, meises cokelat atau keju. Harganya dari Rp 1000 hingga Rp 2000 tergantung isiannya.

Kulitnya yang tipis seperti makan keripik berisi pisang dan isian lainnya. Aromanya legit karena dipanggang di atas arang. Karena begitu tipis, renyah dan enak, sekali makan tak mungkin hanya makan satu saja.
Di Surabaya semakin jarang menemukan penjual kue leker. Padahal dulu banyak penjualnya berkeliling ke rumah-rumah atau sekolah. Langganan saya ada di depan Indomaret Jalan Gubeng Airlangga 2, dekat dengan Kampus B Unair. Tak heran banyak mahasiswi atau anak kos yang menjadi pelanggannya.
Secara nama, leker berasal dari Bahasa Belanda “lekker” atau enak. Dulu di jaman Belanda, masyarakat mengolah crepe atau pancake menjadi lebih sederhana. Ketika disajikan kepada orang Belanda, mereka suka dan mengatakan “lekker”. Jadilah nama kue ini kue leker.
Sebenarnya jika merujuk dari nama, selain kue leker Surabaya, ada juga kue lain yang disebut lekker holland. Itu adalah kue butter yang awalnya disebut "Boterkoek" dari Belanda. Kue ini lebih seperti kue mentega dengan aroma khas dan rasa yang gurih manis.
Jadi, besok mau jajan apalagi?
