Melihat Rumah Pengasingan Bung Hatta Di Banda
Banda Naira, sebuah kota kecil tak jauh dari Maluku memiliki segudang sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh banyak orang, salah satunya kisah tentang pengasingan para pejuang Indonesia. 4 pejuang Indonesia pernah diasingkan di Banda, sebut saja Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dr.Tjipto Mangunkusumo dan Iwa kusuma Sumantri. Mengerucut pada kisah pak Hatta, tidak hanya di Banda, pak Hatta pernah diasingkan ke Rengasdengklok, Boven Digoel dan yang terakhir Banda Naira.
Hatta pernah menulis dalam renungannya di tanggal 20 Januari 1934, “Ke mana kita dibawah oleh nasib, ke mana kita dibuang oleh yang berkuasa, tiap-tiap bidang tanah dalam Indonesia ini, itulah juga Tanah Air kita. Di atas segala lapangan Tanah Air aku hidup, aku gembira. Dan di mana kakiku menginjak bumi Indonesia, di sanalah tumbuh bibit cita-cita yang tersimpan dalam dadaku” Keempat pahlawan yang dibuang ke Banda tersebut bukanlah tanpa sebab, mereka menentang kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Belanda. Hingga akhirnya Belanda mengasingkan mereka.
Tinggal di Banda Naira selama 4 tahun
Di Banda Naira – Maluku Tengah, Hatta dan ketiga sahabatnya tidak merasakan seperti dalam pengasingan, Hatta bebas melakukan apa saja yang ia mau, membaca, berjalan-jalan, mengajar anak-anak Banda, mengisi surat kabar Belanda, dan banyak hal lainnya yang membuat 4 tahun di pengasingan tidak terasa sama sekali. Kini rumah pengasingan Bung Hatta dijadikan Museum, orang bebas berkunjung asal pada saat jam kerja. Dan barang-barang peninggalan bung Hatta masih rapi tersimpan di dalamnya seperti, kopiah, kacamata, baju kemeja, sepatu dan beberapa buku-buku. Rumah yang sangat besar ini pada saat saya kunjungi seperti tidak terawat, kurangnya kepedulian pemerintah terhadap situs warisan yang sangat berharga ini membuat rumah dan beberapa tempat historis di Banda menjadi terlihat kotor, lembab dan berdebu.
Barang-barangnya memang tertata rapi, tapi kurangnya pengawasan menjadi nilai yang minus untuk tempat ini. Sedihnya lagi ada sebuah lemari yang merupakan tempat menyimpan barang-barang pak Hatta sama sekali tidak terkunci, yang saya takutkan tidak semua orang yang berkunjung adalah orang baik, bisa saja mereka iseng dan mengambil barang koleksi pak Hatta.
Kurang lebih membayar 10ribu per orang, kita bisa berkeliling dan melihat-lihat seluruh ruangan yang pernah menjadi tempat pengasingan pak Hatta tersebut. dimulai dengan ruang tamu besar diisi dengan beberapa bangku kayu dan meja bundar, lalu ruang kerja pak Hatta, dimana masih ada mesin ketik di sana, mesin ketik yang sangat berjasa membantu pak Hatta membuat banyak tulisan dan surat-surat, ada pula ruang tidur yang berkelambu putih, ruang makan dan halaman belakang yang luas. Ada pojok tempat pak Hatta mengajar membaca dan menulis untuk anak-anak Banda. Selain belajar sejarah, disini kita bisa merasakan kepedihan pak Hatta ketika berpisah dengan keluarganya dulu. Berutung pak Hatta tidak diasingkan seorang diri.
Lokasi tempat pengasingan Bung Hatta ini persis tepat di sebelah rumah tahanan Banda, tidak jauh dari situ terdapat benteng termegah di Banda, Benteng Belgica dan Benteng Nassau, karena di Banda tidak terdapat angkutan umum, bersiaplah untuk berjalan kaki ke semua tempat-tempat sejarahnya. Jalan pagi dan jalan sore sama enaknya, kita bsa melihat bangunan-bangunan bergaya kolonial di kanan dan kiri kota. Karena tidak terdapat angkutan umum, paru-paru kita terasa lebih segar. Walaupun Banda kota kecil, tak cukup waktu seminggu untuk belajar seluruh sejarahnya.