Ke Makassar, Nggak Afdol Kalau Belum Makan Konro


Apa yang terlintas di kepalamu ketika mendengar kata Makassar? Kalau saya pertama kali yang diingat adalah pantai Losari hehe :D, soalnya kan itu tempat yang paling fenomenal di Makassar. Selain itu tempat wisata berupa Tana Toraja, Taman Bantimurung dan Masjid Apung juga selalu saya ingat. Eh tunggu..tunggu, itu kan tempat wisatanya, kalau kulinernya, apa yang paling diingat di Makassar? Es pisang ijo, pisang epe, pallubasa, sop saudara, sop ubi, kapurung, pallubutung, jalangkote, barongko, gogos, burasa, baje, coto Makassar, mie titi, konro, dan banyak lainnya, wah kalau diingat-ingat rasanya saya bisa membengkak tinggal di Makassar, karena sebagian besar kulinernya menggunakan daging dan santan juga nggak jauh-jauh dari yang namanya sop. Indonesia memang sangat terkenal akan kulinernya, dari Sabang sampai Merauke, punya cirri khas yang unik tentang kuliner Nusantara, walaupun antar daerah punya kemiripan, tapi setiap daerah punya cirri khas yang berbeda. Seperti misalnya kappurung dari Makassar dan  papeda dari Papua, sama-sama berbahan dasar sagu dan dimakan dengan berlauk ikan, tapi tentu saja dari segi rasa dan bumbu berbeda. Atau kalau di Jawa Barat sagu lebih banyak digunakan untuk bahan dasar kue, bakso dan gorengan, lidah Jawa Barat tentu merasa aneh jika mereka mencicipi papeda yang dibuat sup.


Waktu tinggal di Makassar saya paling suka menyantap konro. Konro adalah masakan sup berupa iga sapi, masakan ini sudah diolah oleh masyarakat Bugis dan Makassar sejak dulu kala, bahkan populer jika ada acara-acara besar di Sulawesi. Hingga kini rumah makan konro menjamur dan banyak sekali di Makassar. Konro bisa berupa sup atau dibakar, makanan dan bahan pendamping lainnya berupa emping, jeruk nipis, sambal dan tentu saja nasi hangat ataupun ketupat/lontong, hmm.. sungguh membuat liur terbit di ujung bibir ketika saya membayangkan rasanya. Dibuat sup ataupun dibakar, konro tetap saja enak. Tapi saya lebih suka konro bakar sih, kayak makan sate rasanya, dan jauh lebih gurih dibanding dibikin sup. Sebenarnya antara coto dan sup konro rasanya tidak jauh berbeda, sama-sama kaya akan rempah-rempah khas Makassar, tapi pada konro rempah-rempahnya jauh lebih banyak dan cara membuatnya agak lebih sedikit rumit, selain itu  harganya juga jauh lebih mahal konro dibanding coto, karena iga sapi jumlahnya lebih sedikit daripada daging sapi.

Ada banyak restoran konro jika kamu berkunjung ke Makassar, sebut saja Sop Konro Bawakaraeng yang terletak di Wajo Baru, Konro Bakar Makassar letaknya tidak jauh dari Sop Konro Bawakaraeng, Konro Ma’minasata terletak di Pattunuang, Wajo, Sop Konro Rotterdam letaknya tidak jauh dari Benteng Rotterdam, Sop Konro Karebosi terletak tepat di belakang benteng Rotterdam,  Warung coto kuda dan konro terletak di Sumba Opu dan banyak lainnya. Tapi tempat yang menurut saya enak adalah Konro Karebosi, ini dagingnya pas dan empuk banget ketika dikunyah. Tuh, kan ngiler lagi :D

Namun sekarang, rumah makan yang menjual iga bakar menjamur di seluruh Indonesia, karena mulai banyak orang-orang Bugis dan Makassar yang merantau ke luar daerah dan membuka usaha rumah makan khas Sulawesi. Rumah makan Makassar yang saya temui lebih banyak ada di Kalimantan Timur, Ambon dan Jakarta, di tempat lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, seputaran Jawa Barat belum pernah saya temui ada rumah makan Khas Makassar, bisa jadi karena perbedaan cita rasa sehingga membuat orang tidak tertarik untuk mencicipi, ya beda lidah gitu sih katanya atau bisa jadi orang yang mengolahnya tidak sepandai yang berasal dari daerah asal. Pasalnya memang benar, ketika saya mencicipi coto atau konro yang dijual di Jakarta rasanya tidak seenak dari tempatnya berasal :D

Share via :
Only member can wowing to this article. Register now here